Dari Beethoven hingga Eminem: bagaimana mendengarkan musik yang kita sukai memengaruhi otak

Kebanyakan orang memiliki kecenderungan untuk mendengarkan musik yang mereka sukai tak peduli jenis apa, entah itu musik rock, pop, jazz, klasik ataupun jenis musik lainnya. Telah diketahui bahwa musik, khususnya musik-musik klasik, dapat memengaruhi (kecerdasan) otak manusia. Namun salah satu tantangan besar dalam neurosains (disiplin ilmu yang mempelajari tentang otak manusia) adalah bagaimana ketika seseorang mendengarkan musik dia akan berbagi pengalaman dan pemikiran yang mungkin sama atau bersifat pribadi tak peduli jenis musik apa yang didengarkan tapi lebih ke pilihan musik yang didengarkan (preferensi). Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Robin Wilkins dan rekan di Laboratory for Complex Brain Networks, Wake Forest School of Medicine, Carolina Utara, Amerika Serikat menunjukkan data yang cukup signifikan yang dapat menjelaskan mengapa kondisi mental dan emosi dapat dibandingkan antara pendengar musik Beethoven hingga Eminem. 

Bagaimana musik bisa memengaruhi otak manusia menjadi perhatian ahli neurosains, neurobiologi maupun cabang-cabang keilmuan lainnya. Dari efek Mozart sampai theory of mind, diajukan untuk memecahkan hubungan antara suara dan otak, namun hanya sedikit sekali hasil penelitian yang dapat menjelaskan dengan gamblang bagaimana musik memengaruhi otak manusia.

Salah satu pencapaian penelitian tersebut adalah bagaimana jenis musik yang berbeda dapat memengaruhi sistem otak yang sama yang diasosiasikan dengan ingatan dan pengalaman/pemikiran individu. Seseorang umumnya akan mendengarkan jenis musik yang lebih dia sukai daripada jenis lainnya. Jika jenis musik yang dia dengarkan merupakan musik favoritnya, pola konektivitas fungsional otak mungkin juga berubah, dan hasilnya mungkin akan sama pada kebanyakan orang.

Salah satu teknik yang dipakai pada penelitian tersebut adalah penggunaan “network science”, metode analisis dan investigasi sistem kompleks dalam hubungan antar elemen dan interaksi antar elemen-elemen jaringan. Teknik network science dengan dikombinasikan dengan pemindaian otak melalui fMRI (functional magnetoresonance imaging) digunakan untuk mempelajari pola-pola tertentu yang ada pada sistem otak yang berkaitan erat dengan jenis musik yang didengarkan. Dari penelitian tersebut didapatkan pola konektivitas otak pada kondisi mendengarkan musik yang disukai, tidak disukai dan musik favorit.

Keadaan precuneus otak ketika mendengarkan musik yang disukai (kiri), tidak disukai (tengah dan musik favorit (kanan) untuk degree, efiisiensi global dan efisiensi lokal

Keadaan precuneus otak ketika mendengarkan musik yang disukai (kiri), tidak disukai (tengah) dan musik favorit (kanan) untuk degree, efiisiensi global dan efisiensi lokal. Gambar diadaptasi dari [1]

Variabel untuk mengukur pola konektivitas otak dengan teknik network science pada penelitian tersebut yakni degree, efisiensi global, efisiensi lokal dan struktur komunitas jaringan otak. Degree merupakan ukuran hubungan fungsional otak untuk tiap simpul (node) pada jaringan otak. Gambar di atas menunjukkan perbedaan antara degree pada kondisi musik yang disukai, tidak disukai dan musik favorit. Perbedaan yang dapat dipelajari pada gambar tersebut adalah perubahan pola fungsional otak dari Degree ke efisiensi global. Degree secara umum tidak berubah pada tiga kondisi: mendengarkan musik yang disukai, tidak disukai dan musik favorit. Sedangkan pada efisiensi lokal, juga tidak ada perbedaan mendasar antara kondisi musik yang disukai, tidak disukai dan musik favorit.

Efisiensi global mewakili ukuran panjang rute atau tahapan yang dilalui dari sebuah simpul ke semua simpul fungsional otak yang lain sedangkan efisiensi lokal hanya menghitung pada simpul terdekat saja. Semakin tinggi angka efisiensi global, menunjukkan lebih sedikit langkah yang dilalui untuk terhubung ke jaringan otak dan mungkin juga berpengaruh terhadap kecepatan mengkombinasikan informasi Perbedaan hasil  dari Degree ke efisiensi global tidak terlihat dominan antara musik yang disukai dengan musik favorit, tidak juga antara musik favorit dan musik yang tidak disukai.  Perbedaan yang terlihat terjadi antara musik yang disukai dengan yang tidak disukai. Lebih jauh, analisa komunitas struktur (structure community analysis) menunjukkan pengaruh struktur komunitas yang berbeda antara musik yang disukai dengan musik yang tidak disukai.

srep06130-f2_mini

Kondisi precuneus dalam default mode network ketika mendengarkan musik yang disukai (kiri), tidak disukai (tengah) dan musik favorit (kanan). Terlihat pada gambar kiri dan kanan precues terhubung dengan lateral parietal dan medial prefrontal cortex, sedang pada gambar tengah precuneus terlihat terisolasi. Gambar diadaptasi dari [1]

Precuneus merupakan organ bagian otak yang menjadi penghubung antar jaringan otak. Gambar 2 menunjukkan perbedaan struktur komunitas precuneus berdasarkan jenis musik yang didengarkan pada kondisi default mode network. Ketika mendengarkan  musik favorit dan musik yang disukai, precuneus menunjukkan aktivitas yang mirip dengan tingkat keaktifan yang berbeda (ditunjukkan oleh warna). Sedangkan pada kondisi musik yang tidak disukai, aktivitas precuneus terisolasi dari jaringan otak pada mode default.

Penelitian ini menunjukkan hubungan antara pola konektivitas jaringan otak dengan jenis musik yang disukai.  Terlepas dari karakteristik akustik, kondisi fungsional konektivitas otak dipengaruhi oleh kesukaan kita atas musik yang didengar apakah itu termasuk jenis musik yang disukai, tidak disukai atu musik favorit.  Mendengarkan musik yang disukai atau musik favorit memengaruhi konektivitas otak pada bagian yang berhubungan dengan pikiran dan ingatan seperti jaringan mode default (Default Mode Network - DMN) dan bagian otak utama, hippocampus. Fenomena ini mungkin bisa menjelaskan kenapa orang secara  intuisi merasakan kondisi mental yang sama ketika mendengarkan simfoni Beethoven No. 9, Mozart atau ketika mendengarkan musik favorit mereka seperti Eminem. Dengan menggunakan DMN,  studi awal ini berhasil memolakan hubungan kognitif-emosi dengan mendengarkan jenis musik yang disukai atau musik favorit.

 

Referensi

[1] Wilkins, R.W., Hodges, D.A., Laurienti, P.J., Steen, M. & Burdette, J.H. Network Science and the Effects of Music Preference on Functional Brain Connectivity: From Beethoven to Eminem. Sci. Rep. 4, 6130; DOI:10.1038/srep06130 (2014)

 

Avatar

Bagus Tris Atmaja

Menyelesaikan sarjana (2009) dan magister (2012) di Teknik Fisika ITS. Gelar PhD diperoleh di bidang "Information Science" dari Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST). Saat ini bekerja sebagai peneliti di Artificial Intelligence Research Center, AIST Tsukuba.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA Image

*