Mengenal psikologi (eksperimental) dan psikofisika

94582-004-fc5b44d5

Sensor-sensor manusia, pada percobaan psikofisika, stimulus diberikan pada sistem sensory dan mengukur sensasi yang diakibatkan. Sumber: Ensiklopedia Britannica

Psychophysics, bisa diterjemahkan sebagai psikofisika, adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan stimulus dan sensasi. Contoh disiplin ilmu psikofisika ini adalah auditory scene analysis, metode yang diusulkan untuk memahami bagaimana sistem pendengaran manusia mampu fokus pada target padahal banyak sumber bising di sekitarnya (bubble noise). Bruce (1996) menyatakan definisi psikofisika: the analysis of perceptual processes by studying the effect on a subject's experience or behaviour of systematically varying the properties of a stimulus along one or more physical dimensions. Khaleefa (1999) menjelaskan lebih detil perbedaan psikofisika dengan psikologi: The area into which psychologists study the link between variation in physical dimension and psychological dimension is called psychophysics, and the methodology used to describe this link is termed experimental psychology.

Cover "Element of Psychophysics", sumber: Internet Archive

Ketika kita belajar suatu disiplin ilmu, ada baiknya mengetahui siapakah peletak dasar ilmu tersebut. Bagaimana dengan psychophysics? Adalah Gustav Theodor Fechner, ilmuwan Jerman yang hidup pada 19 April 1801 hingga 18 November 1887. Dia disebut-sebut sebagai pendiri psikofisika dan psikologi eksperimental. Oya, psikofisika selalu digandengkan dengan psikologi eksperimental karena eksperimen untuk mendapatkan data psikofisika adalah eksperimen psikologi. Benarkah Gustav Fechner adalah pendiri psikofisika?

Fechner disebut sebagai peletak dasar ilmu psikologi eksperimental dan psikofisika karena bukunya yang berjudul "Elements of Psychophysics" (Elemente der Psychophysik). Fechner merupakan seorang fisikawan yang tertarik  pada bidang metafisika dan mempelajari hubungan spiritual dengan realita fisis. Dia menemukan metode untuk memberikan stimulus dan mengukur sensasi yang ditimbulkannya. Dalam hal ini, metode tersebut dikenal dengan Hukum Weber.

Hukum Weber menyatakan bahwa: bila ada dua benda yang beratnya berbeda sedikit saja, maka jika berat keduanya ditambah, pertambahannya harus berbeda agar perbedaannya diketahui oleh kasat mata. Artinya jika pertambahannya sama, maka akan sulit membedakannya. Sebagai contoh: dua benda dengan berat 1 kg dan 1.1 kg, jika keduanya ditambah 0.1 kg maka akan sulit dibedakan, tapi bila benda pertama ditambah 0.2 kg dan benda kedua ditambah 0.1 kg, maka akan tampak jelas perbedaannya. Ini masuk akal.

Fechner mengaplikasikan hukum Weber untuk mengukur sensasi akibat adanya rangsangan stimulus. Dengan cara tersebut dia mendapatkan, magnitude of a stimulus must be increased geometrically if the magnitude of sensation is to increase arithmetically. Dengan bahasa yang sederhana, jika stimulus ditambah secara geometri (perkalian), maka sensasi yang didapatkan akan bertambah secara aritmatik (penjumlahan). Dengan cara ini, sensasi dapat diukur dalam hubungannya dengan stimulus. Metode ini membangun dasar ilmu psikologi kuantitatif. Psikofisika dewasa ini dapat dipelajari dengan menskalakan level eksperimen daripada menskalakan sensasi berdasarkan penilaian diskrimatif.

91430-004-828719a3

Penampang horizontal mata manusia, Ibn al-Haytham meneliti persepsi penglihatan akibat stimulus, misalnya warna dan kegelapan. Sumber: Ensiklopedia Britannica

Ibnu Haytham (965– 1040) menulis Book of Optics pada tahun 1091, dimana pada book II berisi tentang visual perception. Dalam studinya, Ibnu Haytham menginvestigasi beberapa aspek persepsi visual seperti: sensasi, variasi sensitivitas (vision), persepsi warna, sensasi sentuhan, persepsi kegelapan, penjelasan psikologi ilusi bulan, lensa teropong (binocular) dan ilusi visual. Secara jelas Haytham memaparkan metode untuk mengukur sensasi psikologi akibat stimulus fisis dengan eksperimen-eksperimen optik.

Book of Optics, sumber: wikipedia

Francis Bacon (1561-1626)  dikenal sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sejarah (behavioral) psikologi sebagaimana Fechner dikenal dalam psikofisika dan psikologi eksperimental. Namun kedua ilmuwan tersebut hidup jauh setelah Ibnu Haytham. Atas dasar inilah, Omar Khaleefa [2] berargumen bahwa Ibnu Haytham-lah yang seharusnya lebih berhak disebut sebagai peletak dasar psikofisika dan psikologi eksperimental. Fechner bisa disebut sebagai penggali "psikofisika" karena beliau yang mendefinisikannya, sebagaimana Ir. Soekarno mendefinisikan kata "Pancasila".

Referensi:

  1. http://muslimheritage.com/article/ibn-al-haytham-and-psychophysics
  2. Khaleefa, Omar. American Journal of Islamic Social Sciences; Plainfield, Ind.16.2 (Summer 1999): 1. "Who Is the Founder of Psychophysics and Experimental Psychology?"
  3. Internet Archive, the element of psychophysics.
  4. Wikipedia, Ibn al-Haytham.

 

*) artikel ini ditulis dengan sedikit perubahan dari blog pribadi penulis (https://bagustris.blogspot.com/2017/02/ibnu-haytham-sang-pendiri-psikofisika.html).

Avatar

Bagus Tris Atmaja

Menyelesaikan sarjana (2009) dan magister (2012) di Teknik Fisika ITS. Gelar PhD diperoleh di bidang "Information Science" dari Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST). Saat ini bekerja sebagai peneliti di Artificial Intelligence Research Center, AIST Tsukuba.

You may also like...

1 Response

  1. Avatar badrussalam says:

    artielnya sangat membantu saya untuk menambah referensi tugas akhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA Image

*